Waspadai Tuli Kongenital Pada Bayi, Kenali Ciri-cirinya !
RSUD KRATON - Pernah mendengar Tuli kongenital ?, adalah Tuli sejak lahir merupakan hilangnya pendengaran bayi yang muncul pada saat lahir. Tuli kongenital menyebabkan hambatan perkembangan bicara, berbahasa, kognitif, emosi dan komunikasi sosial.
Meskipun tidak sampai berakibat kematian, namun dampaknya adalah terhadap kualitas hidup seseorang. Untuk itulah pada moment hari pendengaran sedunia yang diperingati tiap tanggal 3 Maret, WHO menyerukan agar anak-anak yang menderita tuli kongenital dapat terdeteksi.
Jika anak yang menderita tuli kongenital sedini mungkin terdeteksi, maka upaya penyembuhan dapat segera dilakukan. Kalaupun tidak dapat disembuhkan, setidaknya pendengarannya tetap dapat difungsikan meskipun dengan bantuan alat tertentu, supaya masa depan si anak bisa lebih baik.
Lalu bagaimana mengetahui bayi yang menderita gangguan pendengaran dan apa yang menyebabkannya ?. Menurut Dokter Lukman Hakim, Sp.THT, banyak factor yang membuat bayi mengalami Tuli kongenital , seperti misalnya, Ketika kehamilan, Ibu mengalami infeksi TORCH, genetika atau keturunan, berat badan bayi rendah ketika dilahirkan, mengalami sesak nafas berat, sakit kuning.
Jika ada salah satu factor tersebut, maka bayi tersebut memiliki resiko Tuli kongenital. Biasanya, petugas Kesehatan akan menyarankan untuk dilakukan screening menggunakan alat Otoacoustic emissions (OAE). Cara lain mengetahuinya adalah dengan melihat respon bayi terutama pada usia 3 dan 6 bulan.
“ Kalau bayi usia tiga bulan harusnya kalau ada suara ia respon. Misalnya Ketika lagi nenen ibunya, lalu ada suara atau orang ngomong, dia biasanya berhenti nenenya. Pada usia itu harusnya Ketika ada suara keras dia kaget,” kata dr. Lukman Hakim.
Kemudian saat bayi sudah memasuki usia 6 bulan, karena lehernya sudah mulai kuat, harusnya Ketika ada suara panggilan ia sudah langsung mencari. Selain itu, pada usia tersebut bayi mulai Babbling atau ocehan bayi. Jika di usia itu anak diam saja, maka harus diwaspadai.
Menurut dr.Lukman Hakim, berdasarkan data, kasus bayi mengalami Tuli kongenital di Indonesia terbilang cukup banyak yaitu 1 dari 1000 kelahiran. Artinya, kalau misalnya di Indonesia perhari terdapat 100.000 kelahiran, maka 100 nya menderita tuli kongenital.
Jangan menganggap sepele tuli kongenital karena berdampak kurang baik terhadap masa depan anak. Yang perlu digaris bawahi adalah, tuli kongenital sebetulnya dapat dicegah dengan cara menemukan anak dengan resiko ini sedini mungkin supaya segera dilakukan tindakan lebih lanjut.
Untuk obrolan lebih jelas mengenai Tuli kongenital ini dapat dilihat melalui akun Instagram dan Youtube RSUD Kraton KLIK DISINI